KASIH SAYANG NABI ﷺ TERHADAP PELAKU ZINA MUHSHON YANG INGIN BERTAUBAT
[MA’IZ & AL-GHOOMIDIYYAH]
LALU KENAPA ROSULULLAH ﷺ MENYALAHKAN HAZZAAL, PAMAN MAIZ (ra)?
-
Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
---
----
DAFTAR ISI :
- PENDAHULUAN
- SEKILAS TENTANG : BIOGRAFI MA’IZ, HAZZAAL DAN WANITA GHOOMIDIYAH:
- HADITS-HADITS KISAH RAJAM TERHADAP MA’IZ DAN WANITA
GHOOMIDIYAH.
- PERTAMA : HADITS KISAH PELAKSANAAN RAJAM TERHAPAD MAIZ BIN MALIK:
- KEDUA : HADITS KISAH PELAKSANAAN RAJAM TERHAPAD MAIZ DAN WANITA AL-GHOMIDIYAH
- KETIGA : HADITS KISAH RAJAM TERHADAP WANITA AL-GHOMIDIYAH atau AL-JUHANIYYAH atau AL-BAARIQIYYAH
- KEEMPAT : HADITS KISAH SALAH TANGKAP PEMERKOSA WANITA
- PELAJARAN PENTING YANG BISA DI AMBIL DARI HADITS-HADITS RAJAM DIATAS:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
=+=***===
PENDAHULUAN
Rosulullah ﷺ berkata kepada Hazzaal radhiyallahu
‘anhu:
"يا
هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ
خَيْراً لَكَ"
"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang
telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu ( yakni:
merahasiakannya ), itu akan lebih baik bagi mu. "
PERTANYAAN:
KENAPA ROSULULLAH ﷺ MENYALAHKAN HAZZAAL?
Bukankah Allah SWT berfirman:
{لَوْ
أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللهَ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّابًا رَحِيمًا}
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika berbuat dzalim pada dirinya ( berbuat dosa
), lalu mereka datang kepada mu, dan mereka memohon ampun kepada Allah, dan
Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Nisa’: 64).
Dan bukankah Allah SWT berfirman:
{الشَّيْخُ
وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنَ اللهِ
وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}.
“Laki-laki tua dan perempuan tua, jika mereka
melakukan zina, maka rajamlah keduanya, sebagai azab dari Allah, dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Diriwayatkan oleh 'Abdullah putra Imam Ahmad
dalam Zawaa'id al-Musnad (21207), 'Abd ar-Razzaaq dalam al-Musannaf (599), Ibn
Hibbaan dalam Shahihnya (4428), al-Haakim dalam al- Mustadrak (8068), al-Bayhaqi
in as-Sunan (16911), Ibn Hazm in al-Muhalla (12/175), via 'Aasim ibn Bahdalah,
dari Zirr, yang berkata: Ubay ibn Ka'b berkata kepadaku:
"
كَأَيِّنْ تَقْرَأُ سُورَةَ الْأَحْزَابِ؟ أَوْ كَأَيِّنْ تَعُدُّهَا؟ "
قَالَ: قُلْتُ لَهُ: ثَلَاثًا وَسَبْعِينَ آيَةً ، فَقَالَ: قَطُّ ، لَقَدْ
رَأَيْتُهَا وَإِنَّهَا لَتُعَادِلُ سُورَةَ الْبَقَرَةِ ، وَلَقَدْ قَرَأْنَا
فِيهَا: {الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ
نَكَالًا مِنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} ".
“Berapa panjang Surat al-Ahzaab ketika Anda
membacanya? Atau berapa banyak ayat menurut Anda?
Aku berkata kepadanya: Tujuh puluh tiga ayat.
Dia berkata: “Hanya segitu? Sungguh Saya
pernah melihatnya, dan surat itu setara dengan Surat Al-Baqarah, dan sungguh
kami telah membacanya:
{الشَّيْخُ
وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنَ اللهِ
وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
“Laki-laki tua dan perempuan tua, jika mereka melakukan zina,
maka rajamlah keduanya, sebagai azab dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
Ibn Hazm, semoga Allah merahmatinya,
berkata:
هَذَا إسْنَادٌ
صَحِيحٌ كَالشَّمْسِ ، لَا مَغْمَزَ فِيهِ " انتهى
“Ini adalah isnad yang shahih, seperti
matahari, tanpa mengedipkan mata.” (Akhir kutipan).
Ibnu Katsir berkata:
وَهَذَا
إِسْنَادٌ حَسَنٌ ، وَهُوَ يَقْتَضِي أنه قد كَانَ فِيهَا قُرْآنٌ ثُمَّ نُسِخَ
لَفْظُهُ وَحُكْمُهُ أَيْضًا، وَاللَّهُ أَعْلَمُ"
"Ini adalah Sanad yang Hasan, dan ini
menyiratkan bahwa dulunya ada dalam Al-Qur'an, kemudian kata-katanya dan
hukumnya juga dibatalkan. Wallaahu a’lam. ( Baca Tafsir Ibnu Katsir 6/335
)."
Dan dia memiliki riwayat saksi yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam “Zawa’id Al-Musnad”
(21206):
“Wahb bin Baqiya meriwayatkan kepadaku, Khalid bin Abdullah
Al-Thohhaan memberi tahu kami, dari Yazid bin Abu Ziyaad dari Zirr bin Hubeisy
dari Ubay bin Ka’ab, Dia berkata:
" كَمْ
تَقْرَءُونَ سُورَةَ الْأَحْزَابِ؟ ، قَالَ: بِضْعًا وَسَبْعِينَ آيَةً ، قَالَ:
لَقَدْ قَرَأْتُهَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِثْلَ الْبَقَرَةِ ، أَوْ أَكْثَرَ
مِنْهَا، وَإِنَّ فِيهَا آيَةَ الرَّجْمِ".
"Berapa banyak ayat kalian membaca Surat
al-Ahzaab?
Dia berkata: “tujuh puluh dan sekian ayat “.
Dia berkata: Saya telah membaca dengan
Rasulullah ﷺ setara surat al-Baqarah, atau lebih dari nya, dan di dalamnya terdapat
ayat rajam”.
Di dalam sanad nya terdapat Yazid bin Abi
Ziyad, dia lemah, tapi tidak mengapa sebagai saksi riwayat sebelumnya.
JAWABAN-NYA ADALAH:
Karena Allah SWT berfirman tentang pribadi
Nabi ﷺ :
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ}
Artinya: “Sungguh telah datang kepada kalian
seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, dia ikut merasakan beratnya penderitaan
kalian, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dia
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. ( QS. At-Taubah:
128 ).
Dan Allah SWT berfirman:
{فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ
لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ}
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah, maka kamu ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (
QS. Ali Imran: 159 ).
Dan juga Allah SWT berfirman:
{وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيم}
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu ( Muhammad ) benar-benar berada diatas akhlak
yang yang agung“. ( QS. Al-Qalam: 4 ).
SEKILAS TENTANG : BIOGRAFI MA’IZ, HAZZAAL DAN WANITA GHOOMIDIYAH:
KEDUA: WANITA AL-GHOOMIDIYYAH atau AL-JUHANIYYAH atau AL-BAARIQIYYAH:
Dia seorang wanita dari Juhainah
dari Ghoomid dari al-Azd. Dia dikenal dengan sebutan wanita al-Ghoomidiyyah.
Selain Ma’iz dia juga termasuk yang terkenal sikapnya dihadapan Rasulullah ﷺ, yaitu pengakuannya tentang dosa berbuat Zina dan bersikeras
minta penegakkan hukuman Rajam pada dirinya ( Lihat: Sunan Turmudzi no. 435 dan
Shahih Muslim no. 238 & 239 ).
Ada riwayat yang menyatakan
bahwa wanita tsb adalah Al-Ghaamidiyah, yang lain adalah Al-Juhaniyah. Yang
benar Al-Juhaniyah dan Al-Ghamidiyah itu adalah orang yang sama.
Imam An-Nawawi berkata:
" غَامِدٌ: بَطْنٌ مِنْ جُهَيْنَةَ. وَثَالِثَةٌ
أَنَّهَا الْبَارِقِيَّةُ، وَهِيَ شَخْصِيَّةٌ وَاحِدَةٌ، كَمَا تَدُلُّ الدَّلَائِلُ
".
Kabilah Ghaamid: perut dari Kabilah
Juhaynahah. Riwayat Yang ketiga adalah Al-Baariqiyyah, dan itu juga adalah
pribadi yang sama, sebagaimana dibuktikan oleh dalil-dalil. (Lihat: *Shahih
Muslim* dengan syarah An-Nawawi 11/200.)
Bahkan, ada ulama yang telah menunjukkan
bahwa Al-Ghamdiyah adalah wanita yang digauli oleh Maa’iz. ( Baca: “الْفَتْحُ الرَّبَّانِيُّ تَرْتِيبُ مُسْنَدِ
أَحْمَدَ وَشَرْحُهُ بُلُوغُ الْأَمَانِيِّ” karya syeikh Ahmad al-Bannaa16/96 ).
KETIGA: HAZZAAL ( هَزَّال )
Diriwayatkan bahwa seorang sahabat bernama
Hazzaal bin Yaziid bin Dziaab al-Aslami, salah seorang sahabat Nabi ﷺ. Beliau adalah Paman-nya Ma’iz yang mengasuh nya sejak kecil
dalam keadaan yatim hingga tumbuh dewasa dan berkeluarga. Dan ada riwayat yang
mengatakan bahwa Hazzal ini pemilik budak wanita yang berzina dengan Maa’izz.
Tapi ada riwayat lain yang menunjukkan bukan miliknya.
Lalu dia menyuruh Maa'iz untuk mengakui
perbuatannya yaitu berzina di hadapan Rosulullah ﷺ agar Beliau mensucikan dirinya dari dosa tsb.
Hazzaal berkata kepada Maa’iiz:
انْطَلِقْ !
فأَخْبِرْ رَسُولَ الله، فَعَسَى أنْ يَنْزِلَ فِيْكَ قُرْآنٌ
“Pergilah ! dan beri tahu Rasulullah, karena
mungkin hukum Al-Qur'an akan diturunkan berkenaan dengan perbuatan mu”
Maka Maa’iz pun berangkat dan memberitahu
Rosulullah ﷺ.
Singkat cerita Rasulullah ﷺ merajamnya. Karena Maa'iz ini pria beristri (pria muhshon), akan tetapi
Rasulullah ﷺ tidak membiarkan masalah itu berlalu tanpa menasihati Hazzaal dan
pelajaran bagi yang lainnya dengan mengatakan:
"يا
هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ
خَيْراً لَكَ"
"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang
telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu, itu akan lebih
baik bagi mu. " ( Baca: “الإصَابَةُ” no. 8952 ).
Dalam riwayat lain lafadznya:
وَاللهِ يَا
هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ.
“Demi Allah wahai Hazzal, seandainya engkau
menutupinya dengan bajumu, sungguh itu lebih baik dari apa yang telah kamu
lakukan.”
===***===
HADITS-HADITS KISAH RAJAM TERHADAP MA’IZ DAN WANITA GHOOMIDIYAH.
Sangat banyak riwayat yang mengkisahkan
penegakan hukum rajam pada Maiz dan wanita al-Ghomidiyah ini. Begitu juga kisah
Hazzaal yang menyuruh Ma’iz untuk menghadap kepada Nabi ﷺ dengan tujuan untuk mensucikan dirinya.
Pada kesempatan ini penulis hanya menyebutkan
sebagian kecil saja dari riwayat-riwayat tsb:
*****
PERTAMA : HADITS KISAH PELAKSANAAN RAJAM TERHAPAD MAIZ BIN MALIK:
===
RIWAYAT KE 1: tentang Hazzal dan Rajam terhadap Ma’iz:
Az-Zaila’i dlm (“نَصْبُ
الرَّايَة”)
4/75 berkata:
رَوَاهُ ابْنُ سَعْدٍ
فِي الطَّبَقَاتِ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ، هُوَ الْوَاقِدِيُّ، حَدَّثَنِي
هِشَامُ بْنُ عَاصِمٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ نُعَيْمِ بْنِ هُزَالٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
جَدِّهِ، قَالَ:
أَتَى مَاعِزٌ إِلَى
النَّبِيِّ ﷺ فَاعْتَرَفَ عِنْدَهُ بِالزِّنَا، وَكَانَ مُحْصَنًا، فَأَمَرَ بِهِ عَلَيْهِ
السَّلَامُ، فَأُخْرِجَ إِلَى الْحُرَّةِ، وَرُجِمَ بِالْحِجَارَةِ، فَفَرَّ يَعْدُو،
فَأَدْرَكَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُنَيْسٍ بِوَظِيفِ حِمَارٍ، فَضَرَبَهُ حَتَّى قَتَلَهُ،
وَأَخْبَرَ النَّبِيَّ ﷺ، فَقَالَ: "هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ؟" ثُمَّ قَالَ:
"يَا هُزَالُ، بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرَفِ رِدَائِكَ لَكَانَ
خَيْرًا لَكَ".
قَالَ: يَا رَسُولَ
اللهِ، لَمْ أَدْرِ أَنَّ فِي الْأَمْرِ سَعَةً.
وَدَعَا رَسُولُ
اللهِ ﷺ الْمَرْأَةَ الَّتِي أَصَابَهَا، فَقَالَ لَهَا: "اذْهَبِي"، وَلَمْ
يَسْأَلْهَا عَنْ شَيْءٍ، انْتَهَى.
(الطَّبَقَاتُ لِابْنِ سَعْدٍ ٤/٥٢: فِي تَرْجَمَةِ
هُزَالٍ، وَفِيهِ: فَفَرَّ يَعْدُو قَبْلَ الْعَقِيقِ، فَأُدْرِكَ بِالْمَكِينِ، انْتَهَى).
Diriwayatkan oleh Ibn Sa’ad dalam
“al-Thabaqaat” 4/52: bahwa Muhammad bin Omar Al-Waqidi Telah menceritakan
kepada kami: bahwa Hisyam bin Asim menceritakan kepadaku dari Yazid bin Na’iim
bin Hazzaal dari ayahnya dari kakeknya, berkata:
Maa'iz datang kepada Nabi ﷺ dan mengaku kepadanya bahwa dirinya telah berzina padahal dia muhshon (
punya istri). Maka Beliau memerintahkannya untuk pergi ke Al-Harrah ( tanah
lapang tidak berpasir diluar pemukiman ), dan dia dilempari dengan batu.
Kemudian Maiz lompat melarikan diri. Dan
Abdullah bin Unais berhasil mengejarnya, lalu dengan meneggunakan tulang betis
keledai dia memukulinya sampai dia membunuhnya.
Kemudian dia memberitahu Nabi ﷺ.
Beliau ﷺ bersabda: "Tidakkah kalian membiarkannya
lari?".
Kemudian Beliau ﷺ berkata kepada pamannya:
"يا
هَزَّالُ بِئْسَ مَا صَنَعْتَ، لَوْ سَتَرْتَهُ بِطَرْفِ رِدَائِكَ لَكَانَ
خَيْراً لَكَ"
"Hai Hazzaal, betapa buruknya apa yang
telah kau lakukan. Jika kau menutupinya dengan ujung jubah mu (yakni:
merahasiakannya ), itu akan lebih baik bagi mu. "
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak
tahu bahwa perkara ini luas ( boleh memilih )”.
Lalu Rasulullah ﷺ memanggil wanita yang berzina dengannya, dan
Beliau ﷺ berkata kepadanya: "Pergilah."
Beliau tidak bertanya padanya tentang apa
pun”. ( Selesai )
Lihat: Al-Thabaqaat oleh Ibnu Sa`ad 4/52:
Dalam biografi Hazzzal, dan di dalamnya ada kata: “Dia melarikan diri berlari
ke arah al-‘Aqiiq, dan tersusul di Al-Makin “.
----
RIWAYAT KE 2: tentang Hazzal dan Rajam terhadap Ma’iz:
Dari Yazid bin Nu'aim bin Hazzal dari
[ayahnya], ia berkata:
كَانَ مَاعِزُ
بْنُ مَالِكٍ فِي حِجْرِ أَبِي فَأَصَابَ جَارِيَةً مِنْ الْحَيِّ فَقَالَ لَهُ
أَبِي ائْتِ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَأَخْبِرْهُ بِمَا صَنَعْتَ لَعَلَّهُ
يَسْتَغْفِرُ لَكَ وَإِنَّمَا يُرِيدُ بِذَلِكَ رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ لَهُ
مَخْرَجٌ فَأَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ
كِتَابَ اللَّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ ثُمَّ أَتَاهُ
الثَّالِثَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ
كِتَابَ اللَّهِ ثُمَّ أَتَاهُ الرَّابِعَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي
زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِنَّكَ
قَدْ قُلْتَهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَبِمَنْ قَالَ بِفُلَانَةَ قَالَ هَلْ
ضَاجَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ بَاشَرْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ
جَامَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَمَرَ بِهِ أَنْ يُرْجَمَ قَالَ فَأُخْرِجَ
بِهِ إِلَى الْحَرَّةِ فَلَمَّا رُجِمَ فَوَجَدَ مَسَّ الْحِجَارَةِ جَزَعَ
فَخَرَجَ يَشْتَدُّ فَلَقِيَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ وَقَدْ أَعْجَزَ
أَصْحَابَهُ فَنَزَعَ لَهُ بِوَظِيفِ بَعِيرٍ فَرَمَاهُ بِهِ فَقَتَلَهُ قَالَ
ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ
لَعَلَّهُ يَتُوبُ فَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ هِشَامٌ فَحَدَّثَنِي يَزِيدُ
بْنُ نُعَيْمِ بْنِ هَزَّالٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ لِأَبِي
حِينَ رَآهُ وَاللَّهِ يَا هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ
خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ
Dulu Ma'iz bin Malik ada dalam asuhan ayahku
kemudian ia menggauli seorang budak wanita dari kampung, ayah saya kemudian
berkata padanya:
“Datanglah kepada Rasulullah ﷺ, dan beritahukan kepada beliau apa yang telah kau perbuat
mudah-mudahan beliau memintakan ampunan untukmu “.
Ayah saya menginginkan hal itu karena
berharap ada jalan keluarnya.
Maka Ma'iz mendatangi Rasulullah ﷺ lalu berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum
Allah padaku “.
Rasulullah ﷺ pun berpaling darinya.
Kemudian Ma'iz mendatangi beliau lagi dan
berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum Allah padaku
“.
Kemudian Ma'iz mendatangi beliau untuk ketiga
kalinya.
Kemudian Ma'iz datang lagi untuk keempat
kalinya dan berkata: “Wahai Rasulullah! aku telah berzina, maka tegakkan hukum
Allah padaku “.
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: " Kau telah mengatakannya
empat kali, lalu dengan siapa?"
Ma'iz menjawab: “Dengan Fulanah “.
Rasulullah ﷺ bertanya: "Apa kau menidurinya?"
Ma'iz menjawab: “Ya “.
Rasulullah ﷺ bertanya: "Apa kau menggaulinya?"
Ma'iz menjawab: “Ya”.
Rasulullah ﷺ bertanya: "Apa kau menyetubuhinya?"
Ma'iz menjawab: “Ya”.
Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan Ma'iz dihukum rajam.
Ma'iz pun dibawa keluar ke luar pemukiman di
lahan yang tak berpasir. Saat dihukum rajam dan dia merasakan sakitnya kena
hantaman batu, Ma'iz terkejut takut lalu lompat dan lari kencang.
Lalu tertangkap oleh Abdullah bin Unais.
Pengejaran terhadap Maiz ini telah melelahkan para sahabat-sahabat lainnya.
Kemudian Abdullah menghunus tulang betis Unta dan melemparkannya ke Ma'iz
hingga membunuhnya.
Setelah itu ia mendatangi Nabi ﷺ dan memberitahukan hal itu.
Rasulullah ﷺ menegurnya:
هَلَّا
تَرَكْتُمُوهُ لَعَلَّهُ يَتُوبُ فَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَيْهِ
"Kenapa tidak kalian biarkan saja dia
lari, mudah-mudahan ia bertaubat (dengan cara lain) sehingga Allah menerima
taubatnya."
Berkata Hisyam: Telah bercerita kepadaku
Yazid bin Nu'aim bin Hazzal dari ayahnya, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepada ayah saya saat melihat beliau:
وَاللَّهِ يَا
هَزَّالُ لَوْ كُنْتَ سَتَرْتَهُ بِثَوْبِكَ كَانَ خَيْرًا مِمَّا صَنَعْتَ بِهِ
"Demi Allah wahai Hazzal, andai kau
menutupinya dengan bajumu, tentu lebih baik dari apa yang kau perbuat
terhadapnya." ( HR. Ahmad no. 20885 )
HR. Malik (1499), Abu Daud no. 4377, Ahmad
(21945), dan Hakim (8080).
Al-Hakim no. (8080) berkata: Ini Hadits yang
shahih Sanadnya “.
Dan Syeikh Al-Albani menshahihkannya di dalam
Shahîh Al-Jâmi' no. (7990)
Sementara Shuaib Al-Arna 'uth berkata:
صَحِيحٌ لِغَيْرِهِ،
وَهَذَا إِسْنَادٌ حَسَنٌ.
Shahih lighoirihi dan ini sanad yang hasan.
----
RIWAYAT KE 3: Rajam terhadap Ma’iz
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ لَمَّا أَتَاهُ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ
غَمَزْتَ أَوْ نَظَرْتَ قَالَ لَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنِكْتَهَا لَا
يُكَنِّي قَالَ نَعَمْ قَالَ فَعِنْدَ ذَلِكَ أَمَرَ بِرَجْمِهِ
“Bahwa Nabi ﷺ ketika didatangi Ma'iz bin Malik beliau
bersabda:
"Mungkin engkau hanya menciumnya atau
merabanya atau memandanginya?"
Ia menjawab; "Tidak."
Rasulullah ﷺ bertanya lagi: "Apakah engkau
menggaulinya tanpa ada penghalang?"
Ia menjawab; "Ya."
Setelah itu beliau memerintahkan untuk
merajamnya. ( HR. Bukhori no. 6324 dan Ahmad no. 2307
RIWAYAT KE 4: Rajam terhadap Ma’iz:
SIBUKKANLAH DIRI ANDA DENGAN BERJUANG DI JALAN ALLAH, AGAR TERHINDAR DARI PERBUATAN ZINA ! Atau agar anda tidak seperti kambing pemacek yang senantiasa berdesah saat macek.
------
Dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id:
أَنَّ رَجُلًا
مِنْ أَسْلَمَ يُقَالُ لَهُ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ
إِنِّي أَصَبْتُ فَاحِشَةً فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَرَدَّهُ النَّبِيُّ ﷺ مِرَارًا
قَالَ ثُمَّ سَأَلَ قَوْمَهُ فَقَالُوا مَا نَعْلَمُ بِهِ بَأْسًا إِلَّا أَنَّهُ
أَصَابَ شَيْئًا يَرَى أَنَّهُ لَا يُخْرِجُهُ مِنْهُ إِلَّا أَنْ يُقَامَ فِيهِ
الْحَدُّ قَالَ فَرَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَأَمَرَنَا أَنْ نَرْجُمَهُ قَالَ
فَانْطَلَقْنَا بِهِ إِلَى بَقِيعِ الْغَرْقَدِ قَالَ فَمَا أَوْثَقْنَاهُ وَلَا
حَفَرْنَا لَهُ قَالَ فَرَمَيْنَاهُ بِالْعَظْمِ وَالْمَدَرِ وَالْخَزَفِ قَالَ
فَاشْتَدَّ وَاشْتَدَدْنَا خَلْفَهُ حَتَّى أَتَى عُرْضَ الْحَرَّةِ فَانْتَصَبَ
لَنَا فَرَمَيْنَاهُ بِجَلَامِيدِ الْحَرَّةِ يَعْنِي الْحِجَارَةَ حَتَّى سَكَتَ.
قَالَ ثُمَّ
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ خَطِيبًا مِنْ الْعَشِيِّ فَقَالَ:
أَوَ كُلَّمَا
انْطَلَقْنَا غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَخَلَّفَ رَجُلٌ فِي عِيَالِنَا لَهُ
نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ عَلَيَّ أَنْ لَا أُوتَى بِرَجُلٍ فَعَلَ ذَلِكَ
إِلَّا نَكَّلْتُ بِهِ".
قَالَ: فَمَا
اسْتَغْفَرَ لَهُ وَلَا سَبَّهُ.
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَ مَعْنَاهُ وَقَالَ فِي الْحَدِيثِ
فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ مِنْ الْعَشِيِّ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ
قَالَ:
" أَمَّا
بَعْدُ فَمَا بَالُ أَقْوَامٍ إِذَا غَزَوْنَا يَتَخَلَّفُ أَحَدُهُمْ عَنَّا لَهُ
نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ ". وَلَمْ يَقُلْ فِي عِيَالِنَا
وحَدَّثَنَا
سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّاءَ بْنِ أَبِي زَائِدَةَ
ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ
هِشَامٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كِلَاهُمَا عَنْ دَاوُدَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
بَعْضَ هَذَا الْحَدِيثِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ سُفْيَانَ فَاعْتَرَفَ
بِالزِّنَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Bahwa seorang laki-laki dari Bani Aslam yang bernama Ma'iz bin
Malik mendatangi Rasulullah ﷺ sambil berkata: "Sesungguhnya aku telah
berbuat keji, oleh karena itu luruskanlah aku!"
Namun Nabi ﷺ berpaling darinya, hal itu terjadi sampai
berkali-kali."
Abu Sa'id berkata:
"Kemudian beliau ﷺ bertanya kepada kaumnya. Mereka menjawab: "Kami tidak melihatnya
berbuat keji melainkan dia telah melakukan sesuatu, dan dia tidak bisa keluar
dari permasalahan itu kecuali jika telah ditegakkan had atasnya."
Abu Sa'id melanjutkan: "Lalu dia kembali
kepada Nabi ﷺ, lantas beliau memerintahkan kami untuk merajamnya."
Abu Sa'id melanjutkan: "Setelah itu kami
pergi ke Baqi' Gharqad, kami tidak mengikatnya dan tidak pula
memendamnya."
Abu Sa'id melanjutkan: "Lalu kami
melemparinya dengan tulang belulang dan tanah liat yang keras."
Abu Sa'id berkata: "Ma'iz berusaha lari
hingga sampai dekat Hurrah, namun kami mengejarnya dan mendapatkannya kembali,
lalu kami melemparinya dengan bebatuan yang besar hingga dia diam (mati)."
Di sore harinya Rasulullah ﷺ berdiri dan berkhutbah, sabdanya:
أَوَ كُلَّمَا
انْطَلَقْنَا غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَخَلَّفَ رَجُلٌ فِي عِيَالِنَا لَهُ
نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ عَلَيَّ أَنْ لَا أُوتَى بِرَجُلٍ فَعَلَ ذَلِكَ
إِلَّا نَكَّلْتُ بِهِ"
"Kenapa setiap kali kami berangkat
perang untuk berjihad di jalan Allah, ada saja salah seorang dari kalian yang
tidak ikut berangkat, lalu dia tinggal bersama keluarga kami, sementara orang
itu memiliki desahan seperti desahan kambing jantan ( saat berhubungan / macek
). Maka tidaklah kalian menghadapkan kepadaku orang yang melakukan perbuatan
itu melainkan aku akan memberinya sanksi."
Abu Sa'id berkata: "Maka beliau tidak
memintakan ampun untuknya dan tidak pula mencacinya."
--
Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin
Hatim] telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami
[Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Daud] dengan sanad ini,
seperti makna hadits tersebut.
Dalam hadits tersebut ia menyebutkan,
"Di sore harinya, Nabi ﷺ berdiri dan memuji Allah dan
mengagungkan-Nya, lalu bersabda:
" أَمَّا
بَعْدُ فَمَا بَالُ أَقْوَامٍ إِذَا غَزَوْنَا يَتَخَلَّفُ أَحَدُهُمْ عَنَّا لَهُ
نَبِيبٌ كَنَبِيبِ التَّيْسِ "
"Amma Ba'du. Kenapa sekelompok orang
ketika kami berangkat perang lalu salah seorang dari mereka mundur (tidak ikut)
bersama kami, ia memiliki desahan seperti desahan kambing
jantan (saat berhubungan /
macek ) “.
Dan ia tidak menyebutkan kata: “Bersama
keluarga kami'."
---
Dan telah menceritakan kepada kami [Suraij
bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Zakaria bin Abu Zaidah].
(dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu
Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Hisyam] telah
menceritakan kepada kami [Sufyan] keduanya dari [Daud] dengan isnad sebagian
hadits ini, namun dalam hadits Sufyan disebutkan:
“Maka dia mengakui telah berzina, sebanyak
tiga kali'." ( HR. Muslim no. 3206 ).
RIWAYAT KE 5: Rajam terhadap Ma’iz :
ROSULULLAH ﷺ MARAH
KETIKA ADA SAHABAT MENGGHIBAH MA’IZ RADHIYALLAHU ‘ANHU:
Abu Hurairah ﷺ berkata:
جَاءَ
الْأَسْلَمِيُّ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ فَشَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ أَنَّهُ أَصَابَ
امْرَأَةً حَرَامًا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ كُلُّ ذَلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ النَّبِيُّ ﷺ
فَأَقْبَلَ الْخَامِسَةِ فَقَالَ أَنِكْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ حَتَّى غَابَ
ذَلِكَ مِنْكَ فِي ذَلِكَ مِنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ كَمَا يَغِيبُ الْمِرْوَدُ
فِي الْمُكْحُلَةِ وَالرِّشَاءُ فِي الْبِئْرِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَهَلْ تَدْرِي
مَا الزِّنَا قَالَ نَعَمْ أَتَيْتُ مِنْهَا حَرَامًا مَا يَأْتِي الرَّجُلُ مِنْ
امْرَأَتِهِ حَلَالًا قَالَ فَمَا تُرِيدُ بِهَذَا الْقَوْلِ قَالَ أُرِيدُ أَنْ
تُطَهِّرَنِي فَأَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ فَسَمِعَ النَّبِيُّ ﷺ رَجُلَيْنِ مِنْ
أَصْحَابِهِ يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ انْظُرْ إِلَى هَذَا الَّذِي سَتَرَ
اللَّهُ عَلَيْهِ فَلَمْ تَدَعْهُ نَفْسُهُ حَتَّى رُجِمَ رَجْمَ الْكَلْبِ
فَسَكَتَ عَنْهُمَا ثُمَّ سَارَ سَاعَةً حَتَّى مَرَّ بِجِيفَةِ حِمَارٍ شَائِلٍ
بِرِجْلِهِ فَقَالَ أَيْنَ فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَقَالَا نَحْنُ ذَانِ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ انْزِلَا فَكُلَا مِنْ جِيفَةِ هَذَا الْحِمَارِ فَقَالَا يَا
نَبِيَّ اللَّهِ مَنْ يَأْكُلُ مِنْ هَذَا قَالَ فَمَا نِلْتُمَا مِنْ عِرْضِ
أَخِيكُمَا آنِفًا أَشَدُّ مِنْ أَكْلٍ مِنْهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ
الْآنَ لَفِي أَنْهَارِ الْجَنَّةِ يَنْقَمِسُ فِيهَا.
حَدَّثَنَا
الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ ابْنِ عَمِّ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ بِنَحْوِهِ زَادَ وَاخْتَلَفُوا عَلَيَّ فَقَالَ بَعْضُهُمْ رُبِطَ
إِلَى شَجَرَةٍ وَقَالَ بَعْضُهُمْ وُقِفَ
" (Maa’iz bin Malik) Al-Aslami datang
menemui Nabi ﷺ, ia bersaksi atas dirinya
sendiri bahwa ia pernah berzina dengan seorang wanita. Ia ulang-ulang
pernyataannya itu hingga empat kali, dan setiap itu pula Nabi ﷺ selalu berpaling.
Pada kali kelimanya, Nabi ﷺ bersabda: "Apakah benar kamu melakukan itu?"
Ia menjawab, "Benar."
Beliau bertanya lagi: "Hingga waktu itu
(kemaluanmu) hilang (masuk ke dalam kemaluannya)?"
Ia menjawab, "Ya."
Beliau bertanya lagi: "Seperti pensil
celak masuk ke dalam botolnya, dan seperti tali timba masuk ke dalam
sumur?"
Ia menjawab, "Ya."
Beliau ﷺ bertanya lagi: "Apakah kamu tahu zina
itu apa?"
Ia menjawab, "Ya. Aku mendatangi wanita
yang haram bagiku layaknya laki-laki yang mendatangi isterinya secara
halal."
Beliau ﷺ bertanya lagi: "Apa yang kamu inginkan
dari jawaban itu?"
Ia menjawab, "Aku ingin agar engkau
membersihkan dosaku."
Beliau ﷺ lalu memerintahkan agar ia dirajam, maka ia
pun dirajam.
Kemudian Nabi ﷺ mendengar dua orang sahabatnya
bercakap-cakap, salah seorang dari keduanya berkata kepada yang lain:
"Lihatlah kepada laki-laki ini, Allah telah menutupi dirinya (jika ia
tidak mengaku), namun dirinya tidak mau diam (justru mengaku), maka ia pun dirajam
layaknya anjing."
Beliau ﷺ diam saja, hingga ketika beliau berjalan
beberapa saat dan melewati bangkai, beliau bersabda: "Di mana Fulan dan
Fulan tadi?",
Keduanya menjawab: "Kami wahai
Rasulullah!.",
Beliau ﷺ bersabda; "Kalian berdua silahkan turun,
ambil dan makanlah bangkai himar ini!"
Keduanya lalu berkata: "Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang mau makan bangkai ini."
Beliau ﷺ bersabda:
فَمَا
نِلْتُمَا مِنْ عِرْضِ أَخِيكُمَا آنِفًا أَشَدُّ مِنْ أَكْلٍ مِنْهُ وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ الْآنَ لَفِي أَنْهَارِ الْجَنَّةِ يَنْقَمِسُ فِيهَا
"Apa yang kalian bicarakan berkenaan
dengan harga diri saudara kalian tadi, itu lebih buruk dari bangkai ini. Demi
Dzat Yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh sekarang ini sahabat kalian
(yang dirajam) tengah berada di antara sungai-sungai surga di berenang di
dalamnya."
Abu Daud berkata: Telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan bin Ali berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ashim
berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij(3) ia berkata; telah
mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair dari Anak pamannya Abu Hurairah dari Abu
Hurairah sebagaimana hadis tersebut.
Ia (Hasan bin Ali) menambahkan, "mereka
berselisih denganku, sebagian mereka berkata, "Ikat saja di batang pohon,
" sedangkan yang lain berkata, "Suruh berdiri."
( HR. Abu Daud No. 3843 & 4428, Baihaqi
dlm “شعب الإيمان” no. 6712, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 4477 dan Ibnu
al-Jaaruud dalam “المنتقى” no. 814).
Hadits ini di shahihkan oleh Ibnu Hibban
dalam Shaihinya no. 4477.
Sementara Abu Daud diam tidak memberikan
komentar tentang keshahihan hadits ini, dan beliau pernah mengatakan dlm
Risalahnya kepada ahli Makkah:
[كُلُّ مَا سَكَتَ
عَنْهُ فَهُوَ صَالِحٌ]
( Semua hadits yang Aku diamkan adalah shaleh
)
Syeikh al-Albaani dalam (“إِرْوَاءُ الْغَلِيلِ”) 8/24 no. 2354 berkata:
"قُلتُ: وَهَذَا إِسْنَادٌ ضَعِيفٌ، رِجَالُهُ
كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ رِجَالُ مُسْلِمٍ، غَيْرُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الصَّامِتِ، وَهُوَ
مَجْهُولٌ، وَإِنْ ذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِي الثِّقَاتِ."
“Saya berkata: Ini adalah sanad yang lemah,
semua orangnya dapat dipercaya, para perawi imam Muslim, selain Abd al-Rahman
ibn al-Samit, dan dia tidak diketahui مجهول, meskipun Ibn Hibban
menyebutkannya dalam kitab الثقات ( orang-orang yang dapat
dipercaya) “.
*****
KEDUA : HADITS
KISAH RAJAM TERHAPAD MAIZ DAN
WANITA AL-GHOMIDIYAH
RIWAYAT KE 1: Tentang Rajam terhadap Maa’iz dan
Wanita al-Ghoomidiyah:
Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dia
berkata:
جَاءَ مَاعِزُ
بْنُ مَالِكٍ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ
وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ غَيْرَ
بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ قَالَ فَرَجَعَ
غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ الرَّابِعَةُ قَالَ لَهُ رَسُولُ
اللَّهِ فِيمَ أُطَهِّرُكَ فَقَالَ مِنْ الزِّنَى فَسَأَلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
أَبِهِ جُنُونٌ فَأُخْبِرَ أَنَّهُ لَيْسَ بِمَجْنُونٍ فَقَالَ أَشَرِبَ خَمْرًا
فَقَامَ رَجُلٌ فَاسْتَنْكَهَهُ فَلَمْ يَجِدْ مِنْهُ رِيحَ خَمْرٍ قَالَ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَزَنَيْتَ فَقَالَ نَعَمْ فَأَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ فَكَانَ النَّاسُ
فِيهِ فِرْقَتَيْنِ قَائِلٌ يَقُولُ لَقَدْ هَلَكَ لَقَدْ أَحَاطَتْ بِهِ
خَطِيئَتُهُ وَقَائِلٌ يَقُولُ مَا تَوْبَةٌ أَفْضَلَ مِنْ تَوْبَةِ مَاعِزٍ
أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَالَ اقْتُلْنِي
بِالْحِجَارَةِ قَالَ فَلَبِثُوا بِذَلِكَ يَوْمَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً ثُمَّ جَاءَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَهُمْ جُلُوسٌ فَسَلَّمَ ثُمَّ جَلَسَ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا
لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ فَقَالُوا غَفَرَ اللَّهُ لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ
أُمَّةٍ لَوَسِعَتْهُمْ
قَالَ ثُمَّ
جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنْ غَامِدٍ مِنْ الْأَزْدِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكِ ارْجِعِي فَاسْتَغْفِرِي اللَّهَ وَتُوبِي إِلَيْهِ
فَقَالَتْ أَرَاكَ تُرِيدُ أَنْ تُرَدِّدَنِي كَمَا رَدَّدْتَ مَاعِزَ بْنَ
مَالِكٍ قَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ إِنَّهَا حُبْلَى مِنْ الزِّنَى فَقَالَ آنْتِ
قَالَتْ نَعَمْ فَقَالَ لَهَا حَتَّى تَضَعِي مَا فِي بَطْنِكِ قَالَ فَكَفَلَهَا
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ حَتَّى وَضَعَتْ قَالَ فَأَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ
قَدْ وَضَعَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَ إِذًا لَا نَرْجُمُهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا
صَغِيرًا لَيْسَ لَهُ مَنْ يُرْضِعُهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ
إِلَيَّ رَضَاعُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ فَرَجَمَهَا
"Ma'iz bin Malik datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sucikanlah diriku."
Rasulullah ﷺ menjawab: "Celaka kamu! Pulanglah dan
mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya."
Kemudian Ma'iz pergi, tidak lama kemudian dia
kembali lagi sambil berkata: "Wahai Rasulullah, sucikanlah daku."
Beliau menjawab: "Celaka kamu! Pulang
dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya."
Lalu Ma'iz pergi, tetapi belum begitu jauh
dia pergi, dia kembali lagi dan berkata kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, sucikanlah daku."
Beliau menjawab sebagaimana jawabannya yang
pertama, dan hal itu berulang-ulang sampai empat kali.
Pada kali yang ke empat, Rasulullah ﷺ bertanya: "Dari hal apakah kamu harus aku sucikan?"
Ma'iz menjawab, "Dari dosa zina."
Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat yang ada di
sekitar beliau: "Apakah Ma'iz ini mengidap penyakit gila?"
Lalu beliau ﷺ diberitahu bahwa dia tidaklah gila."
Beliau ﷺ bertanya lagi: "Apakah dia habis minum
Khamr?"
Lantas seorang laki-laki langsung berdiri untuk
mencium bau mulutnya, namun dia tidak mendapati bau khamr darinya."
Buraidah melanjutkan:
"Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya: "Betulkah kamu telah berzina?"
Dia menjawab, "Ya, benar."
Lantas beliau memerintahkan untuk ditegakkan
hukuman rajam atas dirinya, lalu dia pun dirajam.
Dalam permasalahan ini, orang-orang berselisih menjadi dua pendapat:
yaitu; Ma'iz meninggal dan dosanya
terhapuskan karena hukuman itu dijalaninya dengan ikhlas.
Dan yang lain mengatakan bahwa Ma'iz
bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, tiada taubat yang melebihi taubatnya
Ma'iz. Karena Dia datang menghadap Nabi ﷺ, lalu tangannya diletakkan
di atas tangan beliau kemudian dia berkata, "Wahai Rasulullah, rajamlah
aku dengan batu."
Dan mereka senantiasa dalam perbedaan pendapat
seperti itu selama dua atau tiga hari. Kemudian Rasulullah ﷺ datang, setelah memberi salam beliau duduk bersama-sama dengan mereka,
lalu beliau bersabda:
"Mintakanlah ampun bagi Ma'iz bin
Malik."
Lalu mereka memohonkan ampun untuknya,
"Semoga Allah mengampuni Ma'iz bin Malik."
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
لَقَدْ تَابَ
تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ أُمَّةٍ لَوَسِعَتْهُمْ
"Sungguh Ma'iz telah betaubat dengan
sempurna, dan seandainya taubat Ma'iz dapat dibagi di antara satu kaum, pasti
taubatnya akan mencukupi mereka semua."
Kemudian datang pula seorang Wanita Bani
Ghaamidiyyah dari kawasan Al-Azad, perempuan itu berkata: "Ya Rasulullah,
sucikanlah aku".
Lalu Beliau ﷺ menjawab:
"Celakalah engkau ini, pulanglah,
Mohonlah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya".
Wanita itu menjawab: "Aku melihat engkau
mencoba menolak permintaan aku sebagaimana engkau menolak permintaan Ma'iz bin
Malik".
Rasulullah ﷺ pun bertanya: "Apa yang telah
terjadi?".
Wanita itu menjawab bahwa dia telah berzina.
Rasulullah ﷺ bertanya lagi: "Engkau (telah
berzina)?".
Perempuan itu menjawab: "Ya".
Lalu Rasulullah ﷺ pun berkata: "(Pulanglah engkau)
sehingga engkau melahirkan bayi dalam kandungan engkau ini.
Lalu seorang lelaki Anshar pun menjaga perempuan
itu sehingga dia melahirkan anak. Lalu lelaki itu pun datang menemui nabi ﷺ dan berkata: "Perempuan al-Ghamidiyyah itu telah melahirkan
anak".
Lalu Rasulullah ﷺ berkata:
"Kita tidak akan merajamnya karena akan
menyebabkan anaknya terlantar tanpa ada orang menyusuinnya".
Lalu seorang lelaki Anshar bangun dan
berkata: "Biarkan aku yang menguruskan hal susuan anak ini, wahai Nabi
Allah".
Lalu para sahabat pun merajamnya.
( HR. Muslim no. 3207)
----
RIWAYAT KE 2 : Tentang Rajam terhadap Maa’iz dan Wanita al-Ghoomidiyah:
Telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari ayahnya:
أَنَّ مَاعِزَ
بْنَ مَالِكٍ الْأَسْلَمِيَّ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنِّي قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَزَنَيْتُ وَإِنِّي أُرِيدُ أَنْ تُطَهِّرَنِي
فَرَدَّهُ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَرَدَّهُ الثَّانِيَةَ فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِلَى
قَوْمِهِ فَقَالَ أَتَعْلَمُونَ بِعَقْلِهِ بَأْسًا تُنْكِرُونَ مِنْهُ شَيْئًا
فَقَالُوا مَا نَعْلَمُهُ إِلَّا وَفِيَّ الْعَقْلِ مِنْ صَالِحِينَا فِيمَا نُرَى
فَأَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ أَيْضًا فَسَأَلَ عَنْهُ
فَأَخْبَرُوهُ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِهِ وَلَا بِعَقْلِهِ فَلَمَّا كَانَ
الرَّابِعَةَ حَفَرَ لَهُ حُفْرَةً ثُمَّ أَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ
قَالَ:
فَجَاءَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ
فَطَهِّرْنِي وَإِنَّهُ رَدَّهَا فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَتْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ لِمَ تَرُدُّنِي لَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزًا
فَوَاللَّهِ إِنِّي لَحُبْلَى قَالَ إِمَّا لَا فَاذْهَبِي حَتَّى تَلِدِي
فَلَمَّا وَلَدَتْ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي خِرْقَةٍ قَالَتْ هَذَا قَدْ
وَلَدْتُهُ قَالَ اذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ فَلَمَّا فَطَمَتْهُ
أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ فَقَالَتْ هَذَا يَا نَبِيَّ
اللَّهِ قَدْ فَطَمْتُهُ وَقَدْ أَكَلَ الطَّعَامَ فَدَفَعَ الصَّبِيَّ إِلَى
رَجُلٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا إِلَى صَدْرِهَا
وَأَمَرَ النَّاسَ فَرَجَمُوهَا فَيُقْبِلُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِحَجَرٍ
فَرَمَى رَأْسَهَا فَتَنَضَّحَ الدَّمُ عَلَى وَجْهِ خَالِدٍ فَسَبَّهَا فَسَمِعَ
نَبِيُّ اللَّهِ ﷺ سَبَّهُ إِيَّاهَا فَقَالَ مَهْلًا يَا خَالِدُ فَوَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ
لَهُ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ
“Bahwa Ma'iz bin Malik Al Aslami pergi
menemui Rasulullah ﷺ seraya berkata: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku, karena aku telah berzina, oleh karena
itu aku ingin agar anda berkenan membersihkan diriku “.
Namun beliau menolak pengakuannya.
Keesokan harinya, dia datang lagi kepada
beliau sambil berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina “.
Namun beliau tetap menolak pengakuannya yang
kedua kalinya.
Lalu Rasulullah ﷺ mengutus seseorang untuk menemui kaumnya
dengan mengatakan:
“Apakah kalian tahu bahwa pada akalnya Ma'iz
ada sesuatu yang tidak beres yang kalian ingkari? “.
Mereka menjawab: ”Kami tidak yakin jika Ma'iz
terganggu pikirannya, setahu kami dia adalah orang yang baik dan masih sehat
akalnya “.
Untuk ketiga kalinya, Ma'iz bin Malik datang
menemui Rasulullah ﷺ untuk membersihkan dirinya dari dosa zina
yang telah diperbuatnya.
Lalu Rasulullah ﷺ pun mengirimkan seseorang menemui kaumnya
untuk menanyakan kondisi akal Ma'iz, namun mereka membetahukan kepada beliau
bahwa akalnya sehat dan termasuk orang yang baik.
Ketika Ma'iz bin Malik datang keempat kalinya
kepada beliau, maka beliau memerintahkan untuk membuat lubang ekskusi bagi
Ma'iz.
Akhirnya beliau memerintahkan untuk
merajamnya, dan hukuman rajam pun dilaksanakan.
Buraidah melanjutkan:
Suatu ketika ada seorang wanita Ghamidiyah
datang menemui Rasulullah ﷺ seraya berkata: “Wahai Rasulullah, diriku
telah berzina, oleh karena itu sucikanlah diriku”.
Tetapi untuk pertama kalinya Rasulullah ﷺ tidak menghiraukan bahkan menolak pengakuan wanita tersebut.
Keesokan harinya wanita tersebut datang
menemui Rasulullah ﷺ sambil berkata:
“Wahai Rasulullah, kenapa anda menolak pengakuanku?
Sepertinya anda menolak pengakuan aku sebagaimana pengakuan Ma'iz. Demi Allah,
sekarang ini aku sedang mengandung bayi dari hasil hubungan gelap itu”.
Mendengar pengakuan itu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sekiranya kamu ingin tetap bertaubat, maka
pulanglah sampai kamu melahirkan”.
Setelah melahirkan, wanita itu datang lagi
kepada beliau sambil menggendong bayinya yang dibungkus dengan kain, dia
berkata: ”Inilah bayi yang telah aku lahirkan”.
Beliau lalu bersabda: ”Kembali dan susuilah
bayimu sampai kamu menyapihnya!”.
Setelah mamasuki masa sapihannya, wanita itu
datang lagi dengan membawa bayinya, sementara di tangan bayi tersebut ada
sekerat roti, lalu wanita itu berkata:
“Wahai Nabi Allah, bayi kecil ini telah aku
sapih, dan dia sudah dapat menikmati makanannya sendiri “.
Kemudian beliau memberikan bayi tersebut
kepada laki-laki muslim, dan memerintahkan untuk melaksanakan hukuman rajam.
Akhirnya wanita itu ditanam dalam tanah
hingga sebatas dada. Setelah itu beliau memerintahkan orang-orang supaya
melemparinya dengan batu.
Sementara itu, Khalid bin Walid ikut serta
melempari kepala wanita tersebut dengan batu, tiba-tiba percikan darahnya
mengenai wajah Khalid, seketika itu dia mencaci maki wanita tersebut.
Ketika mendengar makian Khalid, Nabi Allah ﷺ bersabda:
مَهْلًا يَا
خَالِدُ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا
صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ
“Tenangkanlah dirimu wahai Khalid, demi dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya perempuan itu telah benar-benar
bertaubat, sekiranya taubat (seperti) itu dilakukan oleh seorang pelaku dosa
besar ( مَكْسٍ / pemalakan ) niscaya dosanya akan diampuni”.
Setelah itu beliau memerintahkan untuk
menshalati jenazahnya dan menguburkannya.
( HR. Muslim no. 3208 )
KETIGA : HADITS KISAH RAJAM
TERHADAP WANITA AL-GHOMIDIYAH atau AL-JUHANIYYAH atau AL-BAARIQIYYAH
HADITS KE 1 : RAJAM WANITA
AL-GHAAMIDIYAH:
Dari Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya
berkata:
كُنتُ جالسًا
عندَ النَّبيِّ ﷺ، فجاءَتْه امرَأةٌ مِن غامِدٍ، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ، إنِّي قد
زَنَيتُ، وأنا أُريدُ أنْ تُطهِّرَني، فقال لها النَّبيُّ ﷺ: ارْجِعي.
فلمَّا أنْ كان
مِن الغَدِ أتَتْه أيضًا، فاعتَرَفَتْ عندَه بالزِّنا، فقالت: يا رسولَ اللهِ،
إنِّي قد زَنَيتُ، وأنا أُريدُ أنْ تُطهِّرَني، فقال لها النَّبيُّ ﷺ: ارْجِعي.
فلمَّا أنْ كان
مِن الغَدِ أتَتْه أيضًا فاعتَرَفَتْ عندَه بالزِّنا، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ،
طَهِّرْني، فلعلَّك أنْ تَردُدَني كما رَدَدتَ ماعِزَ بنَ مالكٍ، فواللهِ إنِّي
لَحُبْلى، فقال لها النَّبيُّ ﷺ: ارْجِعي حتى تَلِدي. فلمَّا وَلَدَتْ جاءتْ
بالصَّبيِّ تَحمِلُه، فقالت: يا نَبيَّ اللهِ، هذا قد وَلَدتُ، قال: فاذْهَبي
فأَرْضِعيهِ حتى تَفْطِميهِ. فلمَّا فَطَمَتْه جاءتْ بالصَّبيِّ في يَدِه كِسْرةُ
خُبْزٍ، قالت: يا نَبيَّ اللهِ، هذا قد فَطَمتُه، فأمَرَ النَّبيُّ ﷺ بالصَّبيِّ
فدَفَعَه إلى رَجُلٍ مِن المُسلِمينَ، وأمَرَ بها، فحُفِرَ لها حُفْرةٌ، فجُعِلَتْ
فيها إلى صَدْرِها، ثم أمَرَ النَّاسَ أنْ يَرجُموها، فأقبَلَ خالدُ بنُ الوليدِ
بحَجَرٍ فرَمى رَأسَها، فنَضَحَ الدَّمَ على وَجْنةِ خالدٍ فسَبَّها، فسَمِعَ
النَّبيُّ ﷺ سَبَّه إيَّاها، فقال: مَهْلًا يا خالدُ بنَ الوليدِ، لا تَسُبَّها؛
فوالذي نَفْسي بيَدِه، لقد تابتْ تَوْبةً لو تابَها صاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ له،
فأمَرَ بها، فصلَّى عليها ودُفِنَتْ
"Aku pernah duduk di sisi nabi ﷺ, lalu seorang wanita dari
Ghamid datang menemui Rasulullah dan berkata: " wahai Nabiyallah,
sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku
(merajam)."
Namun Rasulullah ﷺ berkata kepadanya: "Pulanglah."
Maka wanita itu pun pulang.
Keesokan harinya, wanita itu datang kembali
kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina.
Dia berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya
aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)."
Namun Rasulullah ﷺ berkata lagi kepadanya,
"Pulanglah."
Maka wanita itu pun pulang lagi.
Lalu keesokan harinya, wanita itu datang
kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina. Dan berkata:
"Ya Nabiyallah, rajamlah diriku. Apakah
Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan Ma’iz bin Malik? Demi Allah, saat
ini aku sedang hamil."
Rasulullah ﷺ mengatakan, "Pulanglah, sampai kamu
melahirkan anakmu"
Seusai melahirkan, wanita itu kembali
menghadap Rasulullah ﷺ sambil menggendong bayinya itu seraya
berkata: "Inilah bayi yang telah aku lahirkan."
Beliau ﷺ bersabda: "Pergilah, dan susuilah bayi
ini hingga disapih."
Setelah disapih, wanita tersebut kembali
menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di tangannya memegang sekerat
roti.
Wanita itu berkata, "Ya nabiyallah, aku
telah menyapihnya."
Akhirnya, Rasululah ﷺ pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu
menyerahkan anak itu kepada seorang pria dari kalangan ummat Islam, dan
kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu
memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut.
Saat itu Khalid bin Walid membawa batu di
tangannya lantas melemparkannya ke arah kepala wanita itu hingga darahnya
memuncrat mengenai wajah Khalid. Khalid pun memaki wanita itu.
Akan tetapi RasuluLlah mengatakan kepada
Khalid:
"Sabar wahai Khalid! Demi Dzat yang
jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat yang
seandainya dilakukan oleh seorang pemungut “مُكْس” ( jatah / cukai ), niscaya
ia akan diampuni."
Maka Rasulullah ﷺ memerintakan untuk memandikan jenazahnya, dan
menshalatkan dan menguburkannya. (HR Ahmad 5 /348 no. 22999).
Syu’aib al-Arna’uth dlm “تَخْرِيجُ الْمُسْنَدِ” no. 22949 berkata:
حَدِيثٌ صَحِيحٌ،
وَقِصَّةُ سَبِّ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ لِلْغَامِدِيَّةِ، وَقِصَّةُ انْتِظَارِ الْفِطَامِ
لِلرَّجْمِ، تَفَرَّدَ بِهِمَا بَشِيرٌ -وَهُوَ ابْنُ الْمُهَاجِرِ الْغَنَوِيُّ- فِي
حَدِيثِ بُرَيْدَةَ، وَهُوَ مُخْتَلَفٌ فِيهِ.
“Ini hadits shahih dan kisah Khalid bin
Al-Walid menghina Al-Ghamidiyah, dan kisah menunggu penyapihan untuk dirajam,
itu riwayat tunggal Bashir - yang merupakan putra Al-Muhajir Al-Ghanawi - dalam
hadits Buraidah, dan dia itu diperselisihkan tentang dirinya”.
Dan dalam riwayat yang lain, ketika
Rasulullah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin Khathab terheran-heran:
"Engkau menshalatinya, wahai RasuluLlah?
Padahal ia telah berzina."
Rasulullah ﷺ menjawab:
"Dia telah bertaubat dengan taubat yang
sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah
engkau menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya
kepada Allah?" (HR Muslim, 11/347)
HADITS KE 2: RAJAM WANITA AL-GHAAMIDIYAH:
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu:
أنَّهُ شهِدَ
رَسولَ اللهِ ﷺ على بَغلَتِهِ واقِفًا، إذْ جاؤوا بِامرَأةٍ حُبْلى، فقالتْ:
إنَّها زَنَتْ، أو بَغَتْ، فارْجُمْها. فقالَ لها رَسولُ اللهِ ﷺ: استَتِري
بِسِتْرِ اللهِ. فرجَعَتْ، ثم جاءَتِ الثَّانيةَ، والنَّبيُّ ﷺ على بَغلَتِهِ،
فقالتْ: ارْجُمْها يا نَبيَّ اللهِ. فقالَ: استَتِري بِسِتْرِ اللهِ، فرجَعَتْ، ثم
جاءَتِ الثَّالِثةَ، وهو واقِفٌ، حتى أخَذَتْ بِلِجامِ بَغلَتِهِ، فقالَتْ:
أنشُدُكَ اللهَ إلَّا رَجَمْتَها؟ فقالَ: اذهَبي حتى تَلِدي. فانطَلَقَتْ
فوَلَدَتْ غُلامًا، ثم جاءَتْ فكَلَّمَتْ رَسولَ اللهِ ﷺ، ثم قالَ لها: اذْهَبي
فتَطَهَّري مِنَ الدَّمِ. فانطَلَقَتْ ثم أتَتِ النَّبيَّ ﷺ، فقالتْ إنَّها قد
تطَهَّرَتْ، فأرسَلَ رَسولُ اللهِ ﷺ نِسوةً، فأمَرَهُنَّ أنْ يَستَبْرِئْنَ
المَرأةَ، فجِئنَ وشهِدْنَ عِندَ رَسولِ اللهِ ﷺ بِطُهْرِها، فأمَرَ لها
بِحُفَيْرَةٍ إلى ثَنْدُوَتِها، ثم جاءَ رَسولُ اللهِ ﷺ والمُسلِمونَ، فأخَذَ
النَّبيُّ ﷺ حَصاةً مِثلَ الحِمَّصةِ فَرَماها، ثم مالَ رَسولُ اللهِ ﷺ وقالَ
لِلمُسلِمينَ: ارْمُوها، وَإيَّاكم وَوَجْهَها، فلمَّا طُفِئَتْ أمَرَ بِإخراجِها،
فصَلَّى عليها، ثم قالَ: لو قُسِّم أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ.
Bahwa Dia menyaksikan Rasulullah ﷺ berhenti di atas baghlahnya, tiba-tiba ada
orang-orang membawa seorang wanita hamil, dan wanita itu menyatakan: “bahwa
dirinya melakukan perzinahan, atau melacur, maka dia minta di rajam ! “.
Rosulullah ﷺ berkata kepadanya: “Berlindunglah dengan
perlindungan Allah !”.
Lalu dia pun pulang.
Kemudian dia datang lagi kedua kalinya. Dan
Nabi ﷺ sedang di atas baghlahnya, lalu wanita itu berkata: “Rajamlah, ya Nabi
Allah ! “.
Maka beliau ﷺ berkata: “Berlindunglah dengan perlindungan
Allah !”
Lalu dia pun kembali arah pulang.
Kemudian dia datang lagi yang ketiga kalinya.
Lalu dia berdiri, hingga dia mengambil tali kekang keledai Nabi ﷺ, dan wanita itu berkata: “Saya mohon demi Allah tiada pilihan
bagi Engkau kecuali engkau mau merajamnya !”.
Beliau ﷺ berkata: “Pergilah sampai kamu melahirkan!”.
Maka dia pun pergi dan melahirkan seorang
anak laki-laki, kemudian dia datang lagi dan berbicara kepada Rasulullah ﷺ.
Kemudian Beliau ﷺ berkata kepadanya: “Pergi lah dan bersihkan
dirimu dari darah !“.
Maka dia pun pergi dan kemudian datang lagi
kepada Nabi ﷺ. Lalu dia mengatakan bahwa dia telah mensucikan dirinya.
Lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mendatangkan kaum wanita
untuk mengecek apakah wanita tsb benar telah suci.
Mereka pun datang mengeceknya dan mereka
bersaksi kepada Rasulullah ﷺ bahwa wanita tsb benar-benar telah suci.
Maka beliau ﷺ pun memerintahkan untuk menyiapkan galian
kecil untuknya sedalam dada. Kemudian Rosulullah ﷺ datang bersama kaum muslimin
Lalu Nabi ﷺ mengambil kerikil sebesar bij kacang dan
melemparkannya pada wanita tsb.
Dan Rasulullah ﷺ mengahadapkan pandanganya pada kaum muslimin
dan berkata:
ارْمُوها،
وَإيَّاكم وَوَجْهَها، فلمَّا طُفِئَتْ أمَرَ بِإخراجِها، فصَلَّى عليها، ثم قالَ:
لو قُسِّم أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ.
“Kalian lempari lah dia, hati-hati jangan
sampai mengenai wajahnya !!! “.
Ketika wanita itu sudah wafat, maka beliau ﷺ memerintahkan untuk mengeluarkannya dari galian, lalu menshalatinya,
kemudian beliau bersabda:
لو قُسِّم
أجرُها بَينَ أهلِ الحِجازِ وَسِعَهُمْ
“Jika pahalanya dibagikan di antara para
penduduk Hijaz, maka mencukupinya untuk mereka“.
HR. Imam Ahmad no. 20436 & 20378. Syu’aib
al-Arna’uth dlm “تَخْرِيجُ
الْمُسْنَدِ”
no. 20436 berkata:
إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ،
لَكِنْ أَصْلُ الْقِصَّةِ صَحِيحٌ.
“Sanadnya lemah, tetapi asal ceritanya benar”
Dan para pentahqiq al-Musnad berkata:
إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ
لِإِبْهَامِ الرَّاوِيِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، وَبَاقِي رِجَالِهِ
ثِقَاتٌ، رِجَالُ الشَّيْخَيْنِ غَيْرَ زَكَرِيَّا بْنِ سَلِيمٍ، فَهُوَ صَدُوقٌ.
Sanadnya lemah karena ketidak jelasan perawi
yang meriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakrah, dan sisa para perawinya
adalah orang-orang yang dapat dipercaya standar Bukhori dan Muslim selain
Zakaria bin Sulaim, maka dia itu shoduuq / jujur “. ( Tahqiq al-Musnad 34/83
dan 34/14 )
HADITS KE 3: RAJAM WANITA
AL-GHAAMIDIYAH:
Dari 'Imran bin Hushoin radhiyallahu ‘anhu:
" أَنَّ امْرَأَةً، مِنْ جُهَيْنَةَ
اعْتَرَفَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ بِالزِّنَا فَقَالَتْ إِنِّي حُبْلَى . فَدَعَا
النَّبِيُّ ﷺ وَلِيَّهَا فَقَالَ " أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ
حَمْلَهَا فَأَخْبِرْنِي " . فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا فَشُدَّتْ
عَلَيْهَا ثِيَابُهَا ثُمَّ أَمَرَ بِرَجْمِهَا فَرُجِمَتْ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا
فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجَمْتَهَا ثُمَّ
تُصَلِّي عَلَيْهَا . فَقَالَ " لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ
بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ
شَيْئًا أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ " .
"Bahwa ada seorang wanita dari Juhainah mengaku di hadapan
Nabi (ﷺ) bahwa dia telah melakukan perzinahan, dan dia berkata:
'Sesungguhnya saya hamil.'
Lalu Nabi (ﷺ) memanggil walinya dan
berkata: “Perlakukanlah dia dengan baik ! dan jika dia telah melahirkan
anaknya, kabarkanlah padaku”.
Maka dia melakukan apa yang diperintahkannya,
dan kemudian beliau (ﷺ) memerintahkan agar
pakaiannya diikat erat di sekelilingnya. Kemudian dia memerintahkannya untuk
dirajam, maka dirajam lah dia.
Kemudian beliau menshalatinya.
Lalu 'Umar bin Al -Khattab berkata kepadanya:
'Ya Rasulullah ! Engkau telah merajamnya lalu engkau menshalatinya?
Beliau ﷺ berkata:
"
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ شَيْئًا أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا
لِلَّهِ "
'Dia telah bertaubat dengan sebuah taubat
yang jika dibagikan di antara tujuh puluh penduduk Al-Madinah, itu akan cukup
bagi mereka. Pernahkah kamu menemukan sesuatu yang lebih baik daripada dia yang
telah mengorbankan dirinya untuk Allah?'"
( HR. Muslim 11/347 dan Turmudzi no. 1435.
Dan Turmudzi berkata: Ini Hadits Hasan Shahih ).
HADITS KE 4: RAJAM WANITA AL-GHAAMIDIYAH:
Dari Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu,
dia berkata:
جاءتِ امرأةٌ
إلى نبيِّ اللهِ ﷺ فقالت: قد أحدَثْتُ، وهي حُبْلى، فأمَرها نبيُّ اللهِ ﷺ أنْ
تذهَبَ حتَّى تضَعَ ما في بطنِها فلمَّا وضَعتْ جاءت فأمَرها أنْ تذهَبَ فتُرضِعَه
حتَّى تفطِمَه ففعَلتْ ثمَّ جاءت فأمَرها أنْ تدفَعَ ولدَها إلى أُناسٍ ففعَلتْ
ثمَّ جاءت فسأَلها: (إلى مَن دفَعْتِ) فأخبَرتْ أنَّها دفَعتْه إلى فلانٍ فأمَرها
أنْ تأخُذَه وتدفَعَه إلى آلِ فلانٍ ناسٍ مِن الأنصارِ ثمَّ إنَّها جاءت فأمَرها
أنْ تشُدَّ عليها ثيابَها ثمَّ إنَّه أمَر بها فرُجِمتْ ثمَّ إنَّه كفَّنها وصلَّى
عليها ثمَّ دفَنها فقال النَّاسُ: رجَمها ثمَّ كفَّنها وصلَّى عليها ثمَّ دفَنها !
فبلغ النَّبيَّ ﷺ ما يقولُ النَّاسُ فقال: (لقد تابت توبةً لو قُسِمت توبتُها بينَ
سبعينَ رجلًا مِن أهلِ المدينةِ لوسِعتْهم).
Seorang wanita datang kepada Nabi Allah ﷺ dan berkata: “Saya telah melakukan perbuatan
dosa “. Dia dalam keadaan hamil.
Lalu Nabi Allah ﷺ memerintahkan dia untuk pergi hingga dia
melahirkan bayi yang ada di dalam kandungannya. Maka ketika dia telah
melahirkannya, dia datang lagi.
Lalu beliau ﷺ menyuruhnya lagi untuk pulang agar menyusui
bayinya hingga dia menyapihnya. Maka dia pun melakukannya.
Kemudian dia datang lagi. Lalu Nabi ﷺ menanyakannya: “Kepada siapa kamu menyerahkan anakmu?“.
Maka Dia mengkhabarkannya dan mengatakan
bahwa dia menyerahkannya kepada si Fulan.
Kemudian Beliau ﷺ memerintahkannya untuk membawanya dan
memberikannya kepada keluarga si fulan, dari kalangan al-Anshaar.
Kemudian dia datang lagi.
Maka Nabi ﷺ memerintahkan para sahabat untuk mengikat
erat pakaiannya, lalu beliau memerintahkan untuk merajamnya. Kemudian beliau
mengkafaninya dan mensholatinya lalu menguburkannya.
Orang-orang berkata: “Beliau merajamnya,
mengkafaninya, dan mensholatinya, kemudian beliau menguburkannya???”
Lalu sampailah kepada Nabi ﷺ tentang apa yang dikatakan orang-orang. Maka beliau ﷺ berkata:
( لقد تابت
توبةً لو قُسِمت توبتُها بينَ سبعينَ رجلًا مِن أهلِ المدينةِ لوسِعتْهم )
“Sungguh dia telah bertaubat dengan taubat,
yang jika taubatnya dibagikan di antara tujuh puluh orang dari penduduk
Madinah, sungguh itu akan mencukupi mereka”.
(HR. Ibnu Hibban no. 4442). Syaikh Al-Albani
berkata dalam *Irwa’ul Ghalil* 7/366 dan *Shahih Mawarid Adh-Dham’an ila Zawaid
Ibni Hibban* 2/63: “Hasan Shahih.”
Dan Syu’aib Al-Arnauth berkata dalam
*Al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibni Hibban*:
حَدِيثٌ صَحِيحٌ،
رِجَالُهُ ثِقَاتٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، غَيْرَ مُحَمَّدِ بْنِ وَهْبِ بْنِ أَبِي
كَرِيمَةَ، فَقَدْ رَوَى لَهُ النَّسَائِيُّ، وَهُوَ صَدُوقٌ صَالِحٌ.
“Hadits Shahih, para perawinya tsiqoot
standar shahih Muslim kecuali Muhammad bin Wahb bin Abi Kariimah, maka imam
an-Nasaa’i telah meriwayatkan hadits darinya, dan dia itu Shoduuq Shooleh “. (
Lihat: “تخريج صحيح ابن حبان” no. 4442 ).
KEEMPAT : HADITS KISAH SALAH TANGKAP PEMERKOSA WANITA
===
HADITS KE 1: Hadits tentang SALAH TANGKAP PEMERKOSA, tapi pelakunya yang sebenarnya segera meluruskannya menjelang exsekusi rajam.
Diriwayatkan oleh al-'Alqamah bin Wa'il
Al-Kindi: Dari ayahnya:
أَنَّ امْرَأَةً،
خَرَجَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ تُرِيدُ الصَّلاَةَ فَتَلَقَّاهَا رَجُلٌ
فَتَجَلَّلَهَا فَقَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا فَصَاحَتْ فَانْطَلَقَ وَمَرَّ
عَلَيْهَا رَجُلٌ فَقَالَتْ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ فَعَلَ بِي كَذَا وَكَذَا .
وَمَرَّتْ بِعِصَابَةٍ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ فَقَالَتْ إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ
فَعَلَ بِي كَذَا وَكَذَا . فَانْطَلَقُوا فَأَخَذُوا الرَّجُلَ الَّذِي ظَنَّتْ
أَنَّهُ وَقَعَ عَلَيْهَا وَأَتَوْهَا فَقَالَتْ نَعَمْ هُوَ هَذَا . فَأَتَوْا
بِهِ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَلَمَّا أَمَرَ بِهِ لِيُرْجَمَ قَامَ صَاحِبُهَا الَّذِي
وَقَعَ عَلَيْهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا صَاحِبُهَا . فَقَالَ لَهَا
" اذْهَبِي فَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكِ " . وَقَالَ لِلرَّجُلِ
قَوْلاً حَسَنًا وَقَالَ لِلرَّجُلِ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهَا " ارْجُمُوهُ
" . وَقَالَ " لَقَدْ تَابَ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا أَهْلُ
الْمَدِينَةِ لَقُبِلَ مِنْهُمْ "
“Bahwa ada seorang wanita keluar pada masa Rosulullah (ﷺ) untuk sholat, namun
tiba-tiba seorang pria menghampirinya dan menyekapnya lalu melampiaskan
hajatnya (memperkosanya). Maka wanita itu berteriak dan pria tsb lari.
Dalam waktu yang sama ada seorang pria lain
yang lewat di situ. Maka wanita itu berkata: “Sungguh (pria) itu telah
melakukan ini dan itu padaku”.
Dan saat itu ada sekelompok para sahabat
Muhajirin datang, wanita itu berkata: “Orang itu melakukan ini dan itu padaku
“.
Maka mereka pun menangkap pria tsb yang
mereka kira dia lah yang telah memperkosanya dan membawanya kepada wanita tsb.
Wanita itu berkata: “Ya, ini dia “.
Kemudian mereka membawanya ke Rasulullah (ﷺ).
Ketika Beliau (Nabi ﷺ) akan menjatuhkan hukuman
Rajam, tiba-tiba pria yang (sebenarnya) telah memperkosanya berdiri dan
berkata: “Ya Rasulullah, saya adalah orang yang melakukannya padanya”.
Beliau ﷺ berkata kepada wanita itu: “Pergilah, karena
Allah telah memaafkanmu !!!“.
Dan Beliau ﷺ berkata kepada pria itu yang salah tangkap:
beberapa kata-kata yang baik.
Lalu Beliau ﷺ berkata atas pria pemerkosa yang sebenarnya:
“Kalian rajamlah dia “.
Beliau ﷺ juga berkata:
" لَقَدْ
تَابَ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَقُبِلَ مِنْهُمْ "
“Dia telah bertaubat dengan suatu taaubat
yang jika penduduk Madinah juga bertaubat dengan cara yang sama, maka sungguh
akan diterima taubatnya dari mereka”
( HR. Abu Daud no. 4379 dan Turmudzi no.
1454. Turmudzi berkata: “Ini hadits hasan ghoriib Shahiih “. Dan di Shahihkan
oleh Syeikh al-Albaani dlm “المشكاة” no. 3572 ).
*****
PELAJARAN PENTING YANG BISA DI
AMBIL DARI HADITS-HADITS RAJAM DIATAS:
Setelah menelaah hadits-hadits kisah tentang
Hazzaal, Maiz dan wanita al-Ghoomidiyah serta proses hukum rajam terhadap
keduanya, kita menemukan akan karakter Nabi Muhammad ﷺ yang penuh dengan kelemah lembutan dan penuh
Kasih sayang, meskipun terhadap orang-orang melakukan dosa dan kesalahan jika
mereka nampak menyesalinya dan hendak bertaubat.
Benar apa yang Allah SWT firmankan dalam
ayat-ayat berikut ini:
Allah SWT berfirman tentang pribadi Nabi ﷺ:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ}
Artinya: “Sungguh telah datang kepada kalian
seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, dia ikut merasakan beratnya penderitaan
kalian, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dia
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. ( QS. At-Taubah:
128 ).
Dan Allah SWT berfirman:
{فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ
لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ}
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah, maka kamu ( Muhammad ) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (
QS. Ali Imran: 159 ).
Dan juga Allah SWT berfirman:
{وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ
خُلُقٍ عَظِيم}
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu ( Muhammad )
benar-benar berada diatas akhlak yang yang agung “. ( QS. Al-Qalam: 4 ).
Dan Allah SWT berfirman:
{وَمَآ
اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ}
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-Anbiyaa: 107 ).
Dan Allah SWT berfirman:
{لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ
وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. ( QS. Al-Ahzaab: 21 ).
Mungkin ada yang bertanya, “Jika kasih sayang
Nabi ﷺ sedemikian besar, mengapa beliau ﷺ menjatuhkan hukuman rajam kepada seorang yang
sudah bersuami atau beristri yang berzina, memotong tangan orang yang mencuri,
dan memberlakukan hukun qishash? Bukankah bentuk kasih sayang adalah dengan
memaafkan mereka?”
Bila kita lihat dan perhatikan dengan hati
yang bersih dari dorongan nafsu, kita akan mendapati bahwa semua hukum hadd (
seperti Qishosh, rajam dan potong tangan ) yang telah Allah SWT tetapkan adalah
untuk kemashlahatan umat manusia. Dan jika tidak diterapkan, maka akan
berdampak mafsadah dan negatif bagi umat manusia.
Hal ini yang tidak diperhatikan oleh mereka
yang suka menyebarkan syubhat, seandainya mereka memperhatikannya, tentu akan
lain pendapatnya.
Hukum hadd ini ditetapkan sebagai bentuk
kasih sayang kepada umat manusia dan sebagai bentuk ancaman dan memberikan efek
jera atas sebagian manusia yang hendak melakukan tindakan kriminal dan
pelanggaran.
Dari Ubadah bin Shoomit ( beliau salah
seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Badar dan merupakan seorang Naqib
(seseorang yang memimpin kelompok yang terdiri dari enam orang), pada malam
bai’atul 'Aqobah ):
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ قَالَ وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ : " بَايِعُونِي
عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلاَ تَسْرِقُوا، وَلاَ تَزْنُوا،
وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ
أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي
الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ
سَتَرَهُ اللَّهُ، فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ، وَإِنْ شَاءَ
عَاقَبَهُ ". فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِكَ
Bahwa Rasulullah berkata kepada sekelompok
sahabatnya yang ada di sekelilingnya ( pada saat Ba'iatul Aqabah ):
“Berbaiatlah kepadaku bahwa kalian tidak akan menyekutukan Allah
dengan sesuatu pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh
anak-anak kalian, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan
dan kaki mereka (melakukan pengakuan dan tuduhan palsu) dan tidak akan
mendurhakaiku dalam urusan yang baik.
Siapa yang memenuhi janjinya, Allah akan
memberinya pahala.
Barangsiapa yang melanggarnya kemudian dia
dihukum di dunia, itu adalah kaffarah baginya. Dan barangsiapa yang
melakukannya kemudian Allah menutupinya, urusannya diserahkan kepada Allah.
Bila Dia menghendaki maka Dia akan menghukumnya dan bila Dia menghendaki maka
Dia akan memafkannya. Ubadah berkata, “Aku pun melakukan bai’at kepadanya atas
semua itu.”
[ HR. Bukhori no. (18) & (3679), Muslim (1709), Tirmidzi
(1439), Nasa’i (4161), Ahmad (2272), Ad-Darimi (2453)]
Maka penerapan hukum - yang kelihatannya
keras itu - sejatinya adalah kasih sayang kepada umat Manusia. Ia menjadi
sebuah bentuk kasih sayang karena dapat menghalangi masyarakat dari melakukan
pelanggaran dan menjadi penebus dosa pelakunya.
Lagi pula hukuman ini adalah perintah dari
Allah SWT yang wajib dilaksanakan. Allah lebih tahu apa yang baik bagi
hamba-hambanya dan alam semesta.
Rasulullah ﷺ tidak menerapkan hukum ini khusus pada satu
kelompok masyarakat. Beliau melaksanakan ketentuan ini untuk memberikan
keamanan bagi seluruh lapisan masyakat. Beliau pernah marah ketika sebagian
shahabat mencoba menghindarkan seorang wanita bangsawan dari kabilah bani
Makhzum, agar tidak dipotong tangannya dalam kasus pencurian. Dan Beliau ﷺ bersabda:
إِنَّمَا
أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوْا إِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ
الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيْهِمْ الضَّعِيْفُ أَقَامُوْا عَلَيْهِ
الْحَدَّ وَأيْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ
لَقَطَعْتُ يَدَهَا.
“Sesungguhnya yang membuat binasa umat-umat sebelum kamu ialah apabila orang
mulia di antara mereka mencuri mereka meninggalkannya, namun apabila yang
mencuri itu adalah orang lemah, mereka melaksanakan hukuman terhadapnya. Demi
Allah seandainya Fathimah binti Muhammad (putri beliau) mencuri maka akan
kupotong tangannya”.
[ HR. Bukhari no. (3288) dan Muslim no. (1688)]
Rasulullah ﷺ yang memiliki sifat yang penuh kasih sayang,
beliau tidak berkeinginan atau mengharapkan adanya rajam, bunuh, atau potong
tangan. Itu semua adalah wahyu yang datang dari Allah SWT.
Meskipun demikian, Sesungguhnya beliau
senantiasa berusaha mendapatkan jalan keluar bagi orang yang telah terjerumus
melakukan pelanggran dan dosa yang membuatnya terkena hukum Hadd ( seperti
Qishosh, rajam dan potong tangan. Pen ).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
«ادْرَؤُوا الْحُدُودَ
عَنِ الْمُسْلِمِينَ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنْ كَانَ لَهُ مَخْرَجٌ فَخَلُّوا سَبِيلَهُ
فَإِنَّ الْإِمَامَ إِنْ يُخْطِئْ فِي الْعَفْوِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يُخْطِئَ فِي الْعُقُوبَةِ».
“Hindarilah hukum hadd ( seperti Qishosh,
rajam dan potong tangan. Pen ) dari kaum muslimin semampu kalian. Apabila
baginya ada jalan keluar, bukalah jalannya. Seorang imam yang salah dalam
memberikan maaf lebih baik daripada ia salah dalam mejatuhkan hukuman.”
[HR at-Turmidzi no. (1424), ad-Daruquthni no
( 323), al-Baihaqi no. (16834), dan Hakim no. (8163).
Di shahihkan sanadnya oleh al-Hakim. Namun di
bantah oleh adz-Dzahabi dengan mengatakan:
قُلتُ: قَالَ النَّسَائِيُّ:
يَزِيدُ بْنُ زِيَادٍ شَامِيٌّ مَتْرُوكٌ.
“Saya katakan: An-Nasa’i berkata: “Yazid bin
Ziyad asy-Syaami ditinggalkan haditsnya “.
Dan di dhaifkan sanadnya oleh al-Baihaqi.
Al-Albani menyatakan hadits ini dhaif dalam kitabnya “إِرْوَاءُ
الْغَلِيلِ (8/25) no. 2355 dan “ضعيف الترمذي (4/33). Di dalamnya terdapat
Yazid bin Ziyad ad-Dimasyqi, dia lemah dalam hadits ]
Kata-kata dalam hadits ini menunjukkan betapa
besarnya kasih sayang Nabi ﷺ kepada umatnya.
Rasulullah ﷺ tidak memburu dan mencari-cari kesalahan para
pendosa. Bahkan beliau ﷺ meninggalkan perkara yang belum jelas dan
belum kuat bukti-buktinya. Atau ada alternative lain yang memungkinkan untuk di
tempuh.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr dan Ibnu
Mas’ud RA: Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"تَعَافَوُا
الْحُدُودَ فِيمَا بَيْنَكُمْ فَمَا بَلَغَنِي مِنْ حَدٍّ فَقَدْ وَجَبَ"
“Hendaknya kalian saling memaafkan dalam
permasalahan hukum-hukam hadd ( seperti Qishosh, rajam dan potong tangan. Pen )
di antara kalian. Namun jika ia telah sampai kepadaku, maka hukuman itu wajib
dilaksanakan.”
[ HR. Abu Daud no. (4376), Nasa’i (4886), dan
al-Baihaqi no. (17389). Syeikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan
dalam “صحيح الجامع” no. (2954)]
Imam Al-Suyuthi berkata ketika menafsiri
hadits ini: “Saling memaafkanlah sesama kalian dan jangan dilaporkan kepadaku
!. Kalau aku sudah mengetahuinya maka pasti aku akan menegakkan hukuman
padanya.”[ Lihat “عون المعبود (12/27)]
Makna ini nampak jelas pada peristiwa Shafwan
bin Umayyah ketika ia melaporkan kepada Rasulullah ﷺ bahwa seorang laki-laki mencuri barangnya. Maka
Rasulullah ﷺ pun memerintahkan untuk memotong tangan si pencuri sesuai hukum.
Shafwan bin Umayyah bin Kholaf berkata:
فَبَيْنَا
أَنَا رَاقِدٌ جَاءَ السَّارِقُ فَأَخَذَ ثَوْبِي مِنْ تَحْتِ رَأْسِي
فَأَدْرَكْتُهُ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ ﷺ فَقُلْتُ إِنَّ هَذَا سَرَقَ ثَوْبِي
فَأَمَرَ بِهِ أَنْ يُقْطَعَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَيْسَ هَذَا أَرَدْتُ
هُوَ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ قَالَ هَلَّا قَبْلَ أَنْ تَأْتِيَنِي بِهِ
"Maka tatkala aku tiduran, seorang
pencuri datang dan mencuri jubah yang aku taruh di bawah kepalaku, lantas aku
menangkapnya dan membawanya ke hadapan Nabi ﷺ.
Aku katakan: "Laki-laki ini telah
mencuri pakaianku!"
Beliau ﷺ lantas memerintahkan untuk memotong
tangannya, maka aku pun berkata:
"Wahai Rasulullah, bukan ini yang aku
maksudkan, biarlah ini sedekah buat dia."
Beliau ﷺ bersabda: "Kenapa tidak kamu katakan itu
sebelum kamu bawa dia kemari."
( HR. Ahmad no. 26353, Abu Daud no. (4394),
an-Nasa’i no. (4884), dan Ibnu Majah no. (2595). Syeikh Al-Albani
menshahihkannya dalam “صحيح النسائي (8/70)
Dalam lafadz lain:
" أنَّ
صفوانَ بنَ أميَّةَ قدمَ المدينةَ فنامَ في المسجدِ وتوسَّدَ رداءَه فجاءَ سارقٌ
وأخذَ رداءَه فأخذَه صفوانُ بنَ أميَّةَ فجاءَ بِه إلى رسولِ اللَّهِ ﷺ فأمرَ أن
تقطعَ يدُه فقالَ صفوانُ إنِّي لم أُردْ هذا وهوَ عليهِ صدقةٌ فقالَ رسولُ اللَّهِ
ﷺ فَهلَّا قبل! أن تأتيَني بِهِ ".
“Bahwa Safwan bin Umayyah datang ke Madinah
lalu tidur di masjid, menggunakan jubahnya sebagai bantal. Seorang pencuri
datang dan mengambil jubahnya dan Safwan menangkapnya dan membawanya ke
Rasulullah, maka beliau ﷺ memerintahkan agar tangannya dipotong.
Safwan kemudian berkata, " Sesunguhnya saya tidak menghendaki ini. Dan
jubah ini biarlah untuknya sebagai sedekah."
Rosulullah ﷺ menjawab:
فَهلَّا قبل!
أن تأتيَني بِهِ
"Mengapa kamu tidak melakukannya sebelum
membawanya kepadaku?"
( Lihat. “مشكاة
المصابيح”
no. 3598, 3599, 3600.Hadits ini di hasankan oleh al-Haafidz Ibnu Hajar ( تخريج مشكاة المصابيح (3/341)
Apa yang disebutkan dalam kisah Ma’iz dan
wanita al-Ghoomidiyah di atas menguatkan hal tersebut.
Dalam kisah kisah Ma’iz dan wanita
al-Ghoomidiyah, kita bisa melihat suatu sikap kasih sayang yang besar dalam
kehidupan Rasulullah ﷺ dalam proses penegakan hukum rajam pada
keduanya.
Beliau ﷺ telah berusaha dengan maximal agar hukum
rajam terhadap mereka berdua tidak terjadi dan telah berusaha pula dengan
memberikan solusi dengan cara taubat yang lain. Namun masing-masing dari mereka
berdua tetap bersikukuh ingin ditegakkan hukum rajam pada dirinya. Akhirnya
Rosulullah ﷺ tidak bisa mengelak, maka hukum rajam pun di laksanakan. Beliau ﷺ pun marah ketika ada sebagian para sahabat yang mencela mereka saat
proses perajaman.
Demikianlah besarnya kasih sayang Rasulullah ﷺ terhadap mereka yang telah melakukan dosa dan pelanggran, namun mereka
benar-benar menyesali nya dan hendak bertaubat, meski dengan cara di rajam
dengan batu. Allaahu Akbar
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat !
0 Komentar